GORONTALOPOST.ID – Kisah tragis dialami anak-anak panti asuhan di Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong.
Di mana orang yang mereka percayai berinisial FT yang dianggap sebagai pelindung ternyata diduga adalah predator seks.
Tak hanya itu, FT yang juga adalah tokoh agama di Bolmong diduga telah mencabuli 7 anak-anak di panti asuhan.
Informasi yang diperoleh manadopost.id, peristiwa bejat ini terbongkar saat salah seorang korban sebut saja mawar -nama samaran- tak tahan dengan kondisi ini dan menceritakan peristiwa naas yang dialaminya bersama teman-temannya.
Pihak keluarga korban akhirnya melaporkan tindakan ini ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan langsung melaporkan ke aparat kepolisian.
Aksi bejat predator seks yang berkedok tokoh agama ini terbilang sadis.
Berdasarkan cerita salah satu korban, untuk memuluskan aksi bejatnya, FP mengancam para korban untuk memberikan kerja berat bahkan tak segan-segan memukul korban jika melawan.
Peristiwa ini diduga sudah terjadi sejak beberapa tahun silam. Bunga bersama beberapa teman perempuannya telah melayani FP sejak lama. Awalnya, FP meminta para korbannya untuk memijat dan melihat mereka mandi tanpa busana.
Namun lama kelamaan, gairah seks sang predator makin memuncak, saat Bunga menginjak SMK dan berumur 17.
Tak hanya meminta dipijat, FP meminta para korban untuk memegang alat vitalnya, bahkan dilakukan 3-4 kali dalam seminggu.
“Korban sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tekanan batin ini,” ujar Satryano Pangkey, Pengabdi Bantuan Hukum YLBHI-LBH.
Menurutnya, ada tujuh anak panti asuhan yang mengaku mendapatkan pelecehan seksual. “Kasus ini sudah kami laporkan ke Polda, kami harap ditangani dengan baik,” tandasnya.
Ia juga mengatakan, jumlah anak yang tinggal di panti asuhan itu per tahun 2021 berkisar 46 anak, dengan mayoritas anak perempuan.
Panti asuhan tersebut sudah ada sejak belasan tahun yang lalu dan masih beroperasi hingga hari ini.
“Kemungkinan masih ada korban lain yang enggan bersuara. Keluarga mereka masih menutupi, bahkan ada yang memilih keluar dari desa untuk menghindar dari musibah yang lebih pelik,” bebernya.
Sementara itu, berdasarkan penuturan warga sekitar, oknum tokoh agama tersebut sering menyebut dirinya mempunyai jaringan hingga ditingkat Mabes Polri.
Sehingga menekan bagi para pelapor jika laporan tersebut tidak akan diproses. “Ia sering mengungkapkan jika dirinya mempunyai sahabat para jendral di Jakarta,” beber warga sekitar. (*)