Senin, 29 Mei 2023

Starbucks hingga Heineken Berhenti Beroperasi, Penduduk Rusia Ikut Terpukul...

- Kamis, 10 Maret 2022 | 15:27 WIB
Perang Rusia dan Ukraina (Istimewa)
Perang Rusia dan Ukraina (Istimewa)

GORONTALOPOST.ID- Penduduk Rusia ikut terpukul akibat peperangan. Sebab satu per satu bisnis negara Barat menghentikan layanan. Kemarin giliran McDonald’s, Coca-Cola dan Starbucks yang menyatakan berhenti beroperasi di negeri Beruang Merah tersebut. Heineken juga menyatakan akan berhenti memproduksi dan menjual bir di negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut. Pun demikian dengan produsen perlengkapan ibu dan bayi Mothercare. Sebelumnya, Visa, Mastercard, dan PayPal juga menghentikan layanan di Rusia. Kartu yang diterbitkan oleh bank-bank Rusia tidak akan lagi didukung oleh jaringan mereka. Pun demikian dengan kartu yang diterbitkan oleh bank di luar negeri, tidak bisa dipakai di ATM di Negeri Beruang Merah. Dua perusahaan tersebut mengontrol sekitar 90 persen layanan debit dan kredit di dunia, terkecuali Tiongkok. Ini adalah pukulan tambahan setelah pekan ini beberapa bank Rusia dikeluarkan dari SWIFT. Bank Sentral Rusia bersikukuh bahwa ATM yang diterbitkan di negara tersebut masih bisa mengakses layanan Visa dan Mastercard. Namun beberapa bank besar seperti Sberbank, Alfa Bank dan Tinkoff memilih mengganti kartu nasabahnya. Mereka akan memakai sistem UnionPay milik Tiongkok digabungkan dengan jaringan Mir milik Rusia. Para miliarder Rusia juga mulai kelimpungan. Aset-aset mereka ikut dibekukan sebagai bagian dari sanksi. Mereka mencari tempat aman untuk kapal-kapal pesiarnya agar tak ikut disita. Belasan kapal pesiar itu telah tiba maupun sedang menuju negara-negara kecil di Mediterania dan Karibia. Misalnya saja Maldives dan Montenegro. Ada tiga yang terdeteksi berada di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Negara-negara Arab memang memilih tidak ikut campur dengan perang. Rusia harus membayar mahal atas invasi yang mereka lakukan. Merujuk penelitian yang dilakukan oleh Centre for Economic Recovery, CIVITTA dan EasyBusiness menyatakan bahwa kerugian langsung selama 4 hari pertama perang mencapai USD 7 miliar atau Rp 100,7 triliun. Saat ini ketika perang kian intensif, kerugian Rusia per hari antara USD 20 – 25 miliar (Rp 287,7 triliun- 359,7 triliun). Itu adalah biaya logistik, personel, roket yang diluncurkan dan lain sebagainya. ’’Sanksi juga menyebabkan sektor finansial di Rusia menderita kerugian parah yang sulit diperbaiki,’’ bunyi laporan penelitian tersebut seperti dikutip kator berita Anadolu. Nilai mata uang Rusia, Rubel, merosot tajam. Pasar saham di negara itu ditutup karena merugi. Hari ini (7/3), negosiasi kedua negara rencananya kembali digelar.(jawapos)

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X