Merasa Paling Benar, Bikin Aksi Koboi di Jalanan Marak

0
53
Aksi koboi yang dilakukan pengendara Fortuner, Giorgio Ramadhan, 24, yang merusak mobil Honda Brio milik Ari Widianto di Jalan Senopati, Jakarta Selatan menuai banyak atensi orang. (istimewa)

GORONTALOPOST.ID – Aksi koboi yang dilakukan pengendara Fortuner, Giorgio Ramadhan, 24, yang merusak mobil Honda Brio milik Ari Widianto di Jalan Senopati, Jakarta Selatan menuai banyak atensi orang. Lantas, mengapa aksi koboi dapat dilakukan oleh Giorgio yang juga merupakan anak magang di firma hukum yang mengerti akan aturan tersebut?

Untuk menjelaskan peristiwa tersebut, Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menjelaskan bahwa pada dasarnya, orang yang berkendara memang secara alami mengalami tekanan dibandingkan tak berkendara. Ia menyebut, 80 persen orang saat berkendara merasa paling benar.

“Studi menunjukkan bahwa sebagian orang merasa bahwa dirinya 80 persen merasa sopir pengendara yang paling baik,” ujar saat dihubungi JawaPos.com, Selasa (14/2).

Karena perasaan semacam itu, kata Devie, jika melihat pengendara lain yang tidak sesuai dengan yang orang tersebut rasakan sejalan dengan pemikirannya, itu akan dianggap mengganggu.

“Sehingga kemudian faktor-faktor tadi berkelindan membuat karakter orang tersebut berubah jadi monster di jalanan,” terangnya.

Belum lagi, ia mengatakan bahwa perilaku agresif memang menjadi salah satu ciri pengguna jalan atau pengendara. Hal itu menjadi alamiah terjadi pada siapa pun. Penyebabnya, ketika orang berada di jalanan, ketegangannya meningkat.

“Karena kan nyetir itu sebenarnya berbahaya, kita berhadapan dengan orang, kita harus ada kecepatan itu secara fisik menimbulkan kecemasan, nervous, ketegangan,” ucapnya.

Merasa paling benar dan berada dalam posisi tegang ditambah dengan merasa eksklusif lantaran membawa mobil yang dirasa lebih bagus daripada yang lain, kata Devie, bisa jadi membuat faktor perilaku agresif itu semakin meningkat.

“Memang ketika kita merasa bahwa kita mewakili simbol tertentu kalau kita merasa lebih baik, bahkan tanpa mobil yang lebih baik pun semua orang aja udah merasa lebih keren. Apalagi dia secara simbolik merasa orang yang lebih,” urainya.

“Entah itu merasa lebih baik secara ekonomi, bisa jadi menambah rasa kepercayaan diri yang tinggi sehingga kemudian juga berpotensi memberikan kontribusi pada tingkat agresifitasnya,” tandas Devie.(Jawapos)